PKM-GT

>> Kamis, 20 Agustus 2009

Green Doctrin Sebagai Upaya Pencegahan Pemanasan Global

Oleh: Zaqia Nur Fajarini

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang memiliki kekayaan alam baik di darat maupun di laut. Sebenarnya hal ini bisa membuat Indonesia makmur, hanya tergantung dari SDM yang memanfaatkannya. Karena peran manusia harus ada untuk membuat kekayaan alam tersebut menjadi lebih berguna dan bermanfaat. Jika manusia tidak dapat memanfaatkannya, tentu hal ini sangat disayangkan. Selain itu juga, masyarakat Indonesia, khususnya kota Malang harus memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, mengingat kesadaran akan kebersihan masih kurang.

Berbicara tentang lingkungan, akan terbesit di benak kita hal-hal seperti kebersihan, pencemaran, dan lain sebagainya. Lingkungan menjadi hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan umat manusia sehari-hari. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, sudah sewajarnya manusia mengemban tugasnya untuk menjaga lingkungan di mana ia tinggal. Karena lingkungan sangat mempengaruhi kondisi hidup manusia, mulai dari jasmani, rohani, dan alam (bumi). Ketidaknyamanan akan terjadi jika manusia tidak merawat atau bahkan merusak lingkungan yang dapat memberinya kehidupan yang lebih baik.

Misalnya, seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, meludah di sembarang tempat, menebang dan membakar hutan, dan lain sebagainya. Salah satu masalah yang dirasa berefek samping besar adalah pencemaran udara yang terjadi karena asap-asap pabrik.

Jika saja masyarakat Indonesia menyadari pentingnya kebersihan dan kesehatan, maka akan tercipta suasanya yang nyaman, asri, dan sehat. Tapi sebaliknya, jika mereka acuh tak acuh terhadap lingkungan mereka, tak dapat dipungkiri jika pemanasan global terjadi. Pemanasan global merupakan masalah yang dirasa cukup berat saat ini. Dampak yang ditimbulkan bermacam-macam. Indonesia mulai merasakan dampak pemanasan global yang dibuktikan dari berbagai perubahan iklim maupun bencana alam yang terjadi.

“Sudah banyak ditemukan dampak pemanasan global di Indonesia," kata koordinator kampanye bidang iklim dan energi World Wild Fund (WWF) Indonesia, Verena Puspawardhani di Banda Aceh, Sabtu (30/6). (http://www.inicommunity.net,2007). Dampak pemanasan global itu di antaranya, terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flora dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30 persen atau sebanyak 90-95 persen karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut.

"Pemanasan global juga memicu meningkatnya kasus penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah. setiap tahunnya di Indonesia semakin banyak pasien penderita penyakit ini," kata Verena. Melihat fenomena yang sangat dahsyat tersebut, maka hendaknya seluruh manusia harus memulai hidup yang berasaskan pada cinta lingkungan. Cinta lingkungan harus di tanamkan kepada setiap insan, mulai dari omongan sampai dengan perbuatan. Di lihat dari data, maka masyarakat dunia, terutama Indonesia sudah banyak peringatan dari pemerintah, dan masyarakat sekitar, tetapi hal itu tidak dapat merubah masyarakat untuk hidup sehat dan menyayangi lingkungan. Untuk itu apabila cara omongan sudah tida di hirauakan, maka kita harus memakai pemaksaan untuk berbuat sesuatu kepada lingkungan.

Pemaksaan berbuat sesuatu untuk mengembalikan lingkungan harus dimulai mulai sekarang juga. Objek yang diambil bukan hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat seluruhnya. Mulia dari anak-anak sampai dengan orang tua, semua harus ambil bagian dalam pemaksaan berbuat sesuatu kepada lingkungan.

Pemaksaan ini dapat juga digunakan untuk memberikan doktrin kepada semuanya. Doktrin ini dapat menjadi solusi yang terbaik untuk membangun kesadaran kepada masyarakat. Doktrin yang di harapkan yakni, doktrin dari anak-anak sampai remaja untuk turut mengambil peran dalam tahap ini. Setelah Doktrin sudah terletak dalm benak anak-anak dan remaja, maka mereka akan dengan mudah untuk mempengaruhi para orang tua dan masyarakat untuk memelihara lingkungan sekitar. Untuk itulah Doktrin harus ditanamkan sekarang juga.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diambil pada penulisan kali ini yakni:

  1. Bagaimana menumbuhkan “Green Doctrine” pada siswa SD hingga SMA?
  2. Bagaimana menumbuhkan “Green Doctrine” pada masyarakat luas?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang bahaya pemanasan global sebagai akibat dari pencemaran lingkungan kepada masyarakat Indonesia dan solusi pencegahannya sebelum terlambat. Solusi tersebut berupa pemberian paksaan atau Doktin kepada masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua agar peduli dan menyayangi lingkungan.

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Dampak Pencemaran Lingkungan

Lingkungan yang tercemar menyebabkan pemanasan global. Pemanasan global adalah terkikisnya lapisan atmosfer karena kegiatan manusia menghasilkan emisi gas rumah kaca dari industri, kendaraan bermotor, pembangkit listrik bahkan menggunaan listrik berlebihan. Saat ini warga Indonesia mungkin belum menyadari akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan mereka sendiri, seperti keluarnya asap dari cerobong asap pabrik, asap rokok dari para perokok yang jumlahnya semakin banyak, asap knalpot kendaraan, dan lain sebagainya.

Dampak pemanasan global itu di antaranya, terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flora dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30 persen atau sebanyak 90-95 persen karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut.

istem knalpot pembakaran mobil hsyat sudah terjadi.s.cddaal tergantung pada setiap individu yang menyadarinya sepenuh h Pemanasan global juga memicu meningkatnya kasus penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah. setiap tahunnya di Indonesia semakin banyak pasien penderita penyakit ini. Selain itu, penelitian dari Badan Meteorologi dan Geofisika menyebutkan, Februari 2007 merupakan periode dengan intensitas curah hujan tertinggi selama 30 tahun terakhir di Indonesia. Hal ini menandakan perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global. Indonesia yang terletak di equator, merupakan negara yang pertama sekali akan merasakan dampak perubahan iklim. Dampak tersebut telah dirasakan yaitu pada 1998 menjadi tahun dengan suhu udara terpanas dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Diperkirakan pada 2070 sekitar 800 ribu rumah yang berada di pesisir harus dipindahkan dan sebanyak 2.000 dari 18 ribu pulau di Indonesia akan tenggelam akibat naiknya air laut.

Berikut beberapa fakta yang dapat dijadikan bahan renungan seputar bahaya dari dampak pemanasan global :

  1. 100 juta warga di pesisir Asia permukimannya akan tergenang , dan 4.000 dari sekitar 17.500 pulau di Indonesia akan tenggelam.
  2. Air tidak akan cukup untuk umat manusia 25 tahun lagi.
  3. Es abadi (permafrost) di kutup akan meleleh sepenuhnya 40 tahun lagi. Permukaan air akan naik hingga 64 meter jika suatu lapisan es di bumi mencair.
  4. Tahun 2050, 130 juta penduduk di dunia terancam kelaparan, terutama di Asia dan Afrika.
  5. Tahun 2080 lebih dari 100 juta orang terancam bencana banjir tiap tahun, dan 30% garis pantai di dunia akan lenyap.

Setelah melihat data tersebut, masyarakat Indonesia sudah seharusnya menyadari bahwa lingkungan disekitarnya merupakan sesuatu yang harus dijaga kelestariannya. Karena bagaimanapun juga, lingkungan sangat berpengaruh dan berperan terhadap kelangsungan hidup umat manusia. Untuk menjaga lingkungan dapat dimulai dari skala kecil, misalnya seperti lingkungan keluarga, sekolah, kota, pulau, sampai skala terbesar yaitu negara.

Di lingkungan sekolah yang merupakan tempat dimana “bibit” generasi muda “dilahirkan”, maka “Green Doctrin” sangat tepat untuk dilakukan. “Green Doctrin” yang dapat di artikan sebagai pemberian paksaan atau doktrin kepada masyarakat untuk sama-sama melakukan penghijauan dan perbaikan terhadap alam yang sudah sekarat ini. Alasan di lakukannya paksaan atau pemberian Doktrin kepada semua masyarakat, dikarenakan masyarakat sudah tidak bisa diberi pengarahan tentang dampak dari pencemaran lingkungan, akibatnya setiap hari pasti ada saja masyarakat yang merusak lingkungan, baik itu dengan cara menggunduli hutan, polusi dan lain sebagainya. Maka apabila dengan ucapan tidak di hiraukan, maka cara yang tepat yakni dengan pemberian perbuatan. Perbuatan tersebut berupa pemaksaan atau Doktrin pada masyarakat.

B. Kondisi Lingkungan Sebagai Faktor Pelindung Bumi

Seperti yang diketahui bersama bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap iklim di bumi. Lingkungan yang bersih akan berdampak positif pada masyarakat, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi. Lingkungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Lingkungan selain merupakan wilayah hidup manusia, merupakan sumber dari berbagai kebutuhan dan juga memberikan pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan berbagai sifat, sikap, perasaan, pemikiran, dan unsur psikologis.

Jika kita berbicara tentang lingkungan, mungkin yang terbesit di benak kita adalah kebersihan dan keindahan. Masyarakat dapat menikmati kehidupan dengan sehat jika lingkungan sekitarnya bersih, baik bersih dari sampah maupun bersih dari asap kendaraan atau asap cerobong pabrik. Lingkungan akan selalu bersih dan terlihat indah jika masyarakat sadar akan kebersihan dan keindahan. Karena bagaimanapun juga, lingkungan membutuhkan perawatan yang baik dari masyarakat. Misalnya, masyarakat di kota Malang mengadakan program “Malang Ijo Royo-royo” yang diprakarsai oleh Peni Soeparto selaku walikota Malang. Hal tersebut tak hanya bisa dilakukan di Malang saja, tapi juga di seluruh Indonesia, khususnya di sekolah.

C. Konsekuensi Ekonomi dari Pencemaran Lingkungan Terhadap Sekolah

dan Masyarakat

Banyak konsekuensi ekonomi dari pencemaran lingkungan yang menyebabkan pemanasan global yang diramalkan dengan kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim, sejak efek perubahan iklim terjadi bertahap melewati lebih dari kurun waktu 100 tahun. Melihat fenomena itu, sekolah khususnya dapat menjadi “korban” dari pemanasan global. Misalnya, banjir yang menyebabkan rusaknya sarana dan prasarana sekolah, sehingga kegiatan belajar mengajar hampir pasti akan terhambat. Jika hal tersebut terjadi, tentu pihak sekolah akan mengalami kerugian dan harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk memperbaiki sebagian infrastruktur yang rusak.

Konsekuensi yang sama juga akan dihadapi oleh masyarakat yang terkena imbas pemanasan global. Karena jika hujan lebat, tumbuhan hanya sedikit, jadi tak ada penopang, dan saluran pembuangan terhambat, maka bukan hanya banjir yang terjadi, tetapi juga menyebabkan kebisingan dan kemacetan kendaraan di jalan setiap harinya, lebih-lebih kecelakaan

BAB III

METODE PENULISAN

A. Tipe Pendekatan

Dalam tulisan ini, penulis menggunakan pendekatan dari sudut pandang lingkungan mengenai kondisi bumi saat ini, hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah pemanasan global dan solusinya agar bumi terutama Indonesia dapat diselamatkan sebelum terlambat.

B. Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana data diperoleh dari berbagai sumber, berupa buku, koran, maupun artikel di internet yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

C. Tahap Penulisan

Penulis mengawali dengan data-data dan informasi yang diambil dari berbagai sumber yaitu buku, koran dan artikel dari internet. Data dan informasi yang didapat kemudian dikaji berdasarkan fakta yang ada. Berikutnya, menganalisis data dengan menggunakan analisis persuasif, yaitu penganalisaan data berupa pengaruh dan ajakan kepada subjek yang dapat dijadikan tumpuan saat ini berdasarkan fakta yang ada. Langkah selanjutnya adalah membuat dan memberikan solusi untuk masalah tersebut dan memberikan kesimpulan dan saran terhadap keseluruhan data yang ada.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Lingkungan dan Pemanasan Global

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa pemanasan global atau global warming adalah masalah besar yang dihadapi oleh seluruh dunia, terutama Indonesia. Pemanasan global yang terjadi karena pencemaran yang dilakukan oleh manusia seperti pembuangan gas emisi yang tak terkendali baik dari asap kendaraan atau dari cerobong asap pabrik telah menyebabkan pengikisan atau penipisan lapisan ozon. Ozon merupakan lapisan di atmosfer sebagai pelindung bumi yang keberadaan dan fungsinya sangat penting bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup di bumi. Semakin sedikitnya tumbuhan di bumi merupakan salah satu faktor yang dapat membuat lingkungan dan iklim menjadi tidak teratur dan rusak.

Atmosfer juga dapat mencegah meteor yang masuk ke bumi. Mencegah dalam arti mengikis batu meteor tersebut. Menipisnya lapisan ozon diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penyakit kanker kulit dan katarak pada manusia, merusak tanaman pangan tertentu, mempengaruhi plankton yang akan berakibat pada rantai makanan di laut, dan meningkatnya karbondioksida akibat berkurangnya tanaman dan plankton. Bahkan yang lebih parah lagi, bumi lama-lama akan hancur, baik sebagian maupun secara keseluruhan.


Gambar: Ukuran ketebalan atmosfer saat ini (http://www.bplhdjabar.go.id)

B. Perubahan Lingkungan Global

Walaupun efek peningkatan CO2 positif bagi tanaman, hal ini tidak berarti peningkatan jumlah panen. Alasannya adalah tidak hanya pertumbuhan tanaman pangan yang meningkat dengan bertambahnya CO2, tetapi juga pertumbuhan tanaman pesaing (gulma). Percobaan terkendali yang mengukur respon pertumbuhan terhadap CO2 tidak menampilkan data efek yang berhubungan antara tanaman pangan terhadap gulma. Juga peningkatan suhu dan presipitasi mungkin meningkatkan populasi binatang penganggu, yang akan mempunyai efek negatif pada panenan.

Contoh lain dari keadaan tidak sengaja kedua efek positif dan negatif adalah pada rasa nyaman orang. Orang akan merasa kurang nyaman pada musim panas bukan hanya karena peningkatan suhu, tetapi karena jumlah dari lamanya gelombang panas yang diperkirakan akan meningkat. Meskipun demikian, orang akan lebih nyaman pada musim dingin. Pemanasan global meningkatkan kebutuhan AC, tetapi menurunkan kebutuhan pemanas rumah.

Naiknya permukaan laut murni negatif, dengan tanpa satupun efek positif yang ada. Maka laut menyebabkan kehilangan pesisir walau kenaikan muka laut (10-100 cm) jauh berkurang daripada kenaikan sebesar 3 m yang diprediksikan 10 tahun yang lalu. Kombinasi kenaikan muka laut dan peningkatan intensitas badai yang diprediksi berhubungan dengan pemanasan global akan menyebabkan kehilangan pesisir karena erosi, yang berarti kehilangan bangunan, pantai dan habitat rawa.

C. Solusi Pencegahan Pemanasan Global Melalui “Green Doctrin”

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Kata-kata itu sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Jika manusia merenungkan dan memahami arti kata-kata tersebut, bukan hanya penyakit saja yang bisa dicegah, tapi juga pemanasan global. Dalam hal ini masyarakat Indonesia dapat diberikan segala fakta-fakta nyata akibat pemanasan yang sudah terjadi selama bertahun-tahun.

Di tengah ancaman krisis lingkungan global seperti menipisnya lapisan ozon, polusi kendaraan bermotor, mau tak mau kita harus kreatif dalam menciptakan kualitas lingkungan yang seimbang. “Green Doctrin” merupakan salah satu kegiatan penghijauan lingkungan sekolah yang sudah direalisasikan di Indonesia. Ini merupakan kegiatan yang di tujukan untuk membangun cinta dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Penulis yakin hampir semua sekolah sudah memiliki taman bunga yang mekar dan indah. Tetapi kenyataannya, masih ada beberapa sekolah yang gersang dan tamannya dirawat seadanya saja. Sudah waktunya taman sekolah itu tercipta sebagai sebuah panorama yang berdiri sendiri serta menjadi ikon keindahan di sekolah. Suatu saat, kita ingin sekolah-sekolah di Indonesia memiliki predikat “Sekolah Seribu Bunga.”

“Green Doctrine” atau “Doktrin Hijau” merupakan terobosan baru dalam upaya mencegah global warming yang dirasa efektif karena dilakukan dari skala kecil, yaitu sekolah. Hal tersebut melibatkan tiga pihak, yaitu guru, murid, dan orang tua. Guru memiliki peran selain mengajar juga dapat memberikan “doktrin” positif berupa “Green Doctrine.”

Pelaksanaan Green Doctrin tersebut yakni:

  1. Guru sebagai fasilitator

Dalam hal ini Guru memberikan pengarahan kepada para siswanya untuk membiasakan diri merawat tumbuhan di sekolah dan menjaga kebersihan. Setiap siswa yang harus merawat 2 pot bunga, yang satu mereka letakkan di sekolah dan yang lain diletakkan dirumah mereka. Satu minggu sekali, guru melaksanakan patroli rutin, patroli ini berguna untuk memerikasa tanaman yang telah mereka tanam. Bagi siwa yang rajin merawat tanaman di sekolah dan dirumahnya, akan mendapat hadiah berupa barang, ataupun hanya dengan acungan jempol oleh gurunya. Sedangkan jika mereka melanggar, misalnya tanaman mereka rusak atau mati, maka mereka akan terkena sanksi dengan mengganti dan memperbanyak jumlah tanaman sebanyak 2X lipat.

    • Untuk siswa SD yang hanya disuruh menanam dan merwat 2 tumbuhan, maka apabila mereka melanggar, akan di kenakan sanksi dengan menambah jumlah tanaman mereka menjadi 4 pot tumbuhan.
    • Untuk siswa SMP yang menanam dan merawat 5 Pohon, apabila melanggar akan di kenakan sanksi menanam dan merawat 10 pohon.
    • Untuk siswa SMA yang menanam dan merawat 10 pohon, maka apabila melanggar akan dikenakan sanksi untuk menanam dan merawat 20 pohon.

Dengan demikian budaya untuk menanam dan merawat pohon akan terus dilaksanakan dan dibiasakan mulai dari anak-anak dan remaja yang masih dalam lingkungan pendidikan sekolah.

  1. Siswa sebagai fasilitator dalam keluarga.

Setelah siswa mendapatkan pengarahan dan Doktrin yang di peroleh dari sekolah, maka untuk tahap kedua, siswa (anak) mengajak orang tuanya untuk merawat lingkungan dalam skala kecil yang kedua, yaitu rumah. Tentu orang tua dari anak tersebut pasti sangat senang dan mendukung sepenuhnya kemauan anak tersebut. Karena selain sayang pada anak, permintaan anak tersebut sangatlah positif untuk menjaga kelestarian alam dan mencegah pemanasan sedini mungkin.

Dengan demikian maka Doktrin akan mulai tertanam daalam diri anak-anak, remaja, dewasa, sampai pada orang tua. Dari skala kecil sekolah, terus berkembang ke lingkungan keluarga, berkembang ke masyarakat, negara dan sampai pada skala dunia.

Mengingat pelajar adalah harapan terbesar bangsa, oleh karena itu setiap pelajar akan terus berusaha untuk menjaga kebersihan dimana saja mereka berada. Misalnya, ketika ia melihat ada bungkus makanan atau puntung rokok di jalan, dengan segera ia langsung mengambil dan membuangnya ke tempat sampah. Atau jika tidak ada tempat sampah terdekat, ia membawanya pulang untuk dibuang di tempat sampahnya sendiri. Dengan cara ini, diharapkan masyarakat dewasa yang melihat akan muncul perasaan malu karena mereka telah disadarkan oleh pelajar (anak) anak secara tak langsung.

Jika setiap pelajar mulai SD hingga SMA menerapkan “Green Doctrine” ini, maka ia akan terbiasa hingga dewasa nanti untuk selalu menjaga kebersihan dan keindahan, sehingga lingkungan akan terlihat bersih, sejuk, asri, dan sedap dipandang.

Jadi, ada beberapa aspek penting terkait dengan wacana “Green Doctrin” ini. Yang pertama, penciptaan doktrin untuk membuat masyarakat dewasa sadar lingkungan melalui skala sekolah (guru kepada siswa, siswa kepada orang tuanya), dengan berprinsip menciptakan sekolah dan lingkungan yang hijau, bersih dan sehat. Menanam tumbuh-tumbuhan di sekolah harus menjadi salah satu agenda utama dengan melibatkan teknik membuat taman profesional. Setiap sekolah diupayakan harus memiliki taman yang indah dan dipenuhi bunga. Kalau bisa dalam satu sekolah itu ada satu taman percontohan yang menjadi maskot di antara taman-taman yang lain. Taman yang dipenuhi dengan berbagai jenis bunga aneka warna yang dilengkapi kolam. Lebih indah jika dilengkapi dengan air mancur.

Kedua, menanamkan paradigma cinta lingkungan terhadap pelajar di seluruh Indonesia. Mungkin saja tema lingkungan dipelajari di sekolah. Tetapi murid akan lebih memahami makna penghijauan dengan menyaksikan langsung kondisi lingkungan hijau di sekitar sekolahnya. Belajar di tengah-tengah lingkungan hijau, di tengah-tengah sejuknya tumbuhan menimbulkan motivasi yang kuat dalam menyerap pelajaran. Tidak ada salahnya jika sekali dalam setahun misalnya para murid diminta untuk bergotong-royong menanam dan merawat tumbuhan di lingkungan sekolahnya masing-masing. Penyampaian kesadaran lingkungan yang diiringi dengan implementasi akan melahirkan generasi muda yang sadar lingkungan kelak di kemudian hari.

Sudah saatnya Gerakan “Green Doctrine” disosialisasikan secara luas di setiap sekolah seluruh Indonesia hingga masyarakat dewasa. Kreatifitas penghijauan sangat diperlukan di negara yang dijuluki sebagai “paru-paru” dunia ini karena hutannya yang banyak dan lebat ini. Instansi pendidikan sebagai unsur penting di Indonesia untuk menciptakan budaya cinta dan sadar lingkungan terhadap orang-orang dewasa harus senantiasa berjalan seiring dengan elemen masyarakat dalam menyukseskan “Green Doctrine” yang masih baru ini. Konsentrasinya adalah, menyadarkan masyarakat dewasa melalui pengaruh anak dari gurunya.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pemanasan global dan pengikisan lapisan ozon merupakan masalah lingkungan yang penting yang berbeda dari masalah polusi konvensional karena jauhnya jarak waktu antara emisi dan dampaknya, masa hidup polutan yang lama di atmosfer, dan kompleksitas hubungan ilmiah membutuhkan pengembangan kebijakan untuk menjawab pertanyaan yang rumit.

2. “Green Doctrin” merupakan satu trobosan untuk mejalankan penghijauan kembali lingkungan kita. Pemberian Doktrin pada masyarakat harus di galakkan, agar dapat menyadarkan manusia akan pentingnya merawat linkungan dan menyetop pemansan Global dimuka Bumi ini.

B. SARAN

1. Masyarakat pada umumnya, agar benar-benar memperhatikan kondisi lingkungan dengan sebenar-benarnya dan penuh kesadaran, mengingat konsekuensi yang dihadapi tidaklah kecil.

2. mulai detik ini di harapkan untuk sekolah-sekolah agar mulai menggalakkan Green Doctrin. Lebih cepat program ini dilakukan maka semakin cepat kita menghijaukan bumi ini, dan menghindar dari Global Warming

3. kepada pemerintah, agar mendukung program trobosan baru ini.

0 komentar:

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger template Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP